JURNAL ILMIAH FALSAFAH: Jurnal Kajian Filsafat, Teologi dan Humaniora https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah <p><strong>Jurnal Ilmiah Falsafah</strong> is a peer review journal. <strong>Jurnal Ilmiah Falsafah</strong> is published by Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas. <strong>Jurnal Ilmiah Falsafah</strong> is an academic journal that emphasizes actual issues relating to Philosophy, Theology, and Humanities.&nbsp;<strong>Jurnal Ilmiah Falsafah</strong> focuses on several topics including 1) Religion and Philosophy, 2) Philosophy of the Quran, 3) Theology and Aqidah, 4) Interpretation of the Quran, 5) Interpretation Methodology, 6) Phenomenology of Religion, 7) Comparative Religion 8) Living Quran dan Hadits, 9) History of Religion, and 10) History of Interpretation. <strong>Jurnal Ilmiah Falsafah</strong> publishes issues twice a year in January and July. The language of manuscript accepted is either in Bahasa Indonesia or English. The manuscript submitted to <strong>Jurnal Ilmiah Falsafah</strong> must be original both library and field reserach. <strong>Jurnal Ilmiah Falsafah </strong>applies turnitin for plagiarism screening. The authors should comply the submitted manuscripts with the article template of <strong>Jurnal Ilmiah Falsafah</strong>.</p> en-US jurnal.falsafah@iaisambas.ac.id (Admin Jurnal Ilmiah Falsafah) hadaridari5@gmail.com (Hadari) Sat, 20 Apr 2024 00:00:00 +0000 OJS 3.1.2.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Tinjauan Awal Kritisisme Immanuel Kant https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/2717 <p>This research is motivated by Immanuel Kant's thoughts regarding his efforts to reconcile the conflict between rationalism and empiricism. The purpose of this research is to synthesize the two schools of philosophy: rationalism and empiricism through Immanuel Kant's critical thinking. This research uses a qualitative method with a library research approach. The results of this study indicate that the acquisition of knowledge is a synthesis of the two elements, namely a priori and a posteriori. These two elements are closely related, correlated, both provide an important role as the basis of knowledge. Thus, between the thoughts of ratioanalism and empiricism, both are elements that play an important role that cannot be separated.</p> Al-Faiz Muhammad Rabbany Tarman, Eman Suherman Copyright (c) 2024 Al-Faiz Muhammad Rabbany Tarman, Eman Suherman https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/2717 Sat, 20 Apr 2024 00:00:00 +0000 Keadilan Sosial di Indonesia Ditinjau dalam Perspektif Nurcholish Madjid https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/2819 <p>Social justice is a form of aspiration within a country or religion. Achieving social justice is not an easy task and is often difficult to attain. In reality, the current state of society is perceived as not having achieved equitable justice, especially in economic, educational, employment, and other aspects. Nurcholish Madjid, as a religious and national thinker, is concerned with issues of life, including religion, nationalism, and social justice. It is therefore necessary to understand Nurcholish Madjid's thoughts on social justice in Indonesian society and what needs to be done to achieve a just life. The research method is conducted by collecting data related to the discussion taken from journals or articles related to social justice. The research found that the lives of people, especially in Indonesia, have not been evenly distributed in terms of economy, education, and employment. Therefore, there is a need for cooperation between society and the state to achieve a just life in nation-building. Fundamentally, the state plays a crucial role in ensuring social justice for its people. Social justice means the absence of differences or discrimination in living. Nurcholish Madjid also states that the role of youth is crucial in making changes in the present and future. Any form of discrimination, coercion, and others can disrupt the principles of community life. As religious communities, we should not only focus on worship but also on the social aspects of religion because every religion teaches goodness. Discrimination and other forms of differences will only divide society and make it increasingly difficult to achieve social justice.</p> Huswatun Hasanah, Taufik Hidayatulloh Copyright (c) 2024 Huswatun Hasanah, Taufik Hidayatulloh https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/2819 Tue, 21 May 2024 01:40:14 +0000 Etika Politik Islam dalam Masyarakat Kontemporer: Perspektif Al-Mawardi https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/3052 <p>Penelitian ini berfokus pada kebutuhan untuk memahami bagaimana konsep etika politik yang ditawarkann oleh Al-Mawardi, seorang ulama dan ahli hukum tersohor dalam tradisi Islam klasik, dapat diimplementasikan dalam konteks modern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali dan memahami konsep-konsep normatif dalam etika politik Al-Mawardi serta mengevaluasi relevansi dan aplikasi praktisnya dalam dinamika politik kontemporer. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitis. Data dikumpulkan melalui studi pustaka yang melibatkan penelaahan terhadap literatur primer, terutama karya-karya Al-Mawardi seperti "Al-Ahkam al-Sultaniyyah", dan literatur sekunder seperti buku, artikel jurnal, dan makalah yang relevan. Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi tema-tema kunci dalam pemikiran Al-Mawardi dan mengaitkannya dengan tantangan politik masa kini. Penulis menemukan bahwa prinsip tanggung jawab moral, keadilan, dan efisiensi administrasi yang diperkenalkan oleh Al-Mawardi masih relevan dan dapat diadaptasi untuk menciptakan tata kelola yang baik dan menciptakan masyarakat yang berkeadilan sosial. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami dan mengimplementasikan etika politik Islam dalam konteks modern.</p> Dwi Fa’yi Arya Sakhi, Putri Aprilyana Idi Amin, Kurniati Kurniati Copyright (c) 2024 Dwi Fa’yi Arya Sakhi, Putri Aprilyana Idi Amin, Kurniati Kurniati https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/3052 Tue, 13 Aug 2024 08:31:39 +0000 Agama dan Penghormatan pada Martabat Manusia dalam Perspektif Abdullahi Ahmed An-Na'im https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/3035 <p>Agama dan penghormatan pada martabat manusia merupakan dua konsep yang saling terkait dalam konteks sosial dan budaya manusia. Dalam Islam, konsep martabat manusia tercermin dalam ajaran tentang harkat dan martabat manusia yang diberikan Allah kepada setiap individu, independen dari latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya mereka. Dalam konteks global modern yang multikultural dan pluralistik, diskusi tentang agama dan penghormatan pada martabat manusia menjadi semakin penting. Kajian ini bertujuan untuk menelaah kedudukan keadilan, kesetaraan, dan kebebasan dalam pandangan Islam melalui pemikiran Abdullah Ahmed An-Na’im. Pandangannya tentang agama dan penghormatan pada martabat manusia sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep progresif dalam Islam. Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan beberpa data terkait dengan pemabahasan yang diambil dari jurnal atau artikel-artikel yang berhubungan dengan agama dan penghormatan pada martabat manusia. Dalam penelitian ditemukan hasil bahwa nilai-nilai seperti keadilan, kesetaraan, dan kebebasan individu adalah nilai-nilai yang mendasar dalam ajaran Islam, dan mereka harus dihormati untuk memenuhi martabat manusia. An-Na'im menekankan pentingnya pluralisme agama dalam masyarakat yang multikultural. Dengan demikian, memahami dan memperkuat hubungan antara agama dan martabat manusia dapat menjadi landasan untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan bermartabat bagi semua individu.</p> Adi Abdilah Yusup Copyright (c) 2024 Adi Abdilah Yusup https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/3035 Sun, 01 Sep 2024 01:27:38 +0000 Penafsiran Mubazzir Dalam Al-Qur'an (Studi Analisis Tafsir Al-Khazin) https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/3269 <p>Abstrak</p> <p>Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan model penelitian kepustakaan (library research) dengan metode kualitatif. Sumber datanya terdiri dua macam, yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer terdiri dari jurnal Konsep Mubazir dalam al-Qur’an, dan kitab Tafsir al-Khazin. Sementara sumber data sekunder terdiri dari buku-buku, kitab, jurnal, artikel yang dianggap dapat mendukung pembahasan mubazzir, seperti kitab Lisanul Arab, Maqayis al-Lughah, al-Mufradat fi Gharibil al-Qur’an, kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an al-Karim, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk teknik pengumpulan data, penelitian ini mengumpulkan data berdasarkan pemilihan literatur (bacaan) dari jenis data pustaka. Adapun teknik analisis data, peneliti menggunakan metode pendekatan maudu’i. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep mubazzir ternyata dapat dipahami dari dua sisi yaitu secara umum dan khusus. Secara umum konsep mubazzir meliputi perbuatan dari pelaku pemborosan atau penghamburan yang dilakukan dalam bentuk fisik (berupa harta, benda, makanan, air) dan non fisik (berupa waktu). Sementara secara khusus, konsep mubazzir diartikan menurut al-Qur’an, yaitu tindakan pelaku penghamburan atau pengeluaran terhadap harta, yang digunakan untuk perbuatan maksiat dan hal-hal yang tidak bermanfaat. Adapun berdasarkan penafsiran Alauddin ‘Ali al-Khazin, mubazzir bermakna sebagai perbuatan tercela yang dilakukan pelakunya dengan membelanjakan atau menginfakkan harta dan uang, pada jalan kebatilan yang mencakup maksiat. Pelaku mubazzir juga dianggap sebagai saudara setan, karena ia tidak bersyukur, dan mengingkari nikmat Allah dalam membelanjakan atau menginfakkan hartanya.</p> Tauhid Tauhid, Hadari, Sri Sunantri Copyright (c) https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/3269 Tue, 15 Oct 2024 00:00:00 +0000 MAKNA TAUHID MENURUT IBNU KASIR (KAJIAN Q.S. AL-AN‘AM AYAT 17-19) https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/2672 <p>Pemahaman tentang tauhid atau ke-Maha Esaan Allah merupakan sesuatu perkara yang sangat penting dalam agama Islam. Tauhid merupakan inti ajaran Islam yang di sampaikan oleh Nabi dan Rasul dari nabi Adam as hingga Nabi Muhammad Saw. Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta adalah Allah, dan juga bukan hanya mengetahui bukti-bukti rasional tentang keberadaan wujud atau keberadaan dan (keesaan)-Nya dan bukan pula sekedar mengenal asma’ dan sifat-Nya. Ajaran Tauhid dalam Islam tidaklah mudah dipahami, tetapi tauhid butuh renungan yang mendalam agar ketauhidan tersebut mampu mengisi jiwa kemanusiaan. Berangkat dari hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana makna tauhid oleh Ibnu Kas\i&gt;r berdasarkan QS. al-An‘am ayat 17-19 yang merupakan menjadi salah satu ayat yang dirujuk oleh Ibnu Kas\i&gt;r dalam melahirkan konsep tauhid.</p> <p>Penelitian ini menggunakan jenis penelitian library research atau kepustakaan dengan metode kualitatif. Adapun sumber data primer penelitian ini yakni kitab tafsir Al-Qur’a&gt;n Al-‘Az{i&gt;m, sedangkan data sekundernya adalah beberapa buku tentang tauhid maupun karya ilmiah yang lain yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan sumber pustaka. Teknik analisa data menggunakan analisis konten (content analysis). Hasil dari penelitian ini adalah, Pertama, konsep tauhid dalam al-Qur’an adalah mengesakan atau menjadikan satu-satunya, yaitu Allah Swt dalam segala hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya yaitu dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa sifat-Nya. Kedua, makna tauhid menurut Ibnu Kas\i&gt;r berdasarkan QS. al-An‘am ayat 17-19 adalah wajib bagi setiap muslim untuk meyakini akan kerububiyahan Allah dalam hal segala perbuatan Allah dengan kemahakuasan-Nya terhadap segala sesuatu, meyakini tentang adanya sifat-sifat yang menjadi hak-Nya Allah saja, dan bersaksi akan keesaan Allah Swt, yang mana konsekuensi dari semua itu adalah harus beribadah hanya kepada Allah saja dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.</p> Indra, Alkadri, Hadari Copyright (c) 2024 Indra https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.iaisambas.ac.id/index.php/Falsafah/article/view/2672 Fri, 22 Nov 2024 00:35:21 +0000