The Existence of Customary Law Community's Rights (Hak Ulayat) Over Land in Kalimantan

  • Lolita Law Fakulty, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
  • Salfius Seko Law Fakulty, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
  • Chandra Maharani Law Fakulty, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
  • M. Tohir Law Fakulty, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
  • Herlina Law Fakulty, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
Keywords: Masyarakat Hukum Adat, Dayak, Hak Ulayat

Abstract

Land is the source of life and, at the same time, a symbol of identity in which the honor and dignity of its owners are embedded. Land holds significant and vital meaning for the Dayak people, reflecting their identity. The relationship between the Dayak community and the land (nature) is a reality of life, where they are interrelated in the unity between living beings and nature. The indigenous communities in Kalimantan understand "Hak Ulayat" as customary land. The conception of customary land is understood as land subject to customary law. This customary land consists of three important aspects in relation to its ownership: firstly, communal customary land held by the indigenous community, which is jointly possessed, protected, maintained, and utilized for collective interests. "Hak Ulayat" faces challenging and burdensome issues in its recognition and protection. Article 3 of the Basic Agrarian Law (UUPA) asserts that the implementation of "Hak Ulayat" and similar rights of indigenous communities, to the extent they still exist in reality, must be carried out in a manner that aligns with national and state interests, based on national unity, and in compliance with higher laws and regulations.

References

Austin, dalam Otje Salman Soemadiningrat 2002. “Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer”, Alumni, Bandung.
Boedi Harsono, 2002. Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional dalam Hubungannya dengan TAP MPR RI IX/MPR/2001, Universitas Trisakti, 2002, Jakarta.
------------------, 2008. Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.
C.A. van Peursen, 1976. Strategi Kebudayaan, Yogyakarta : Kanisius.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Fridolin Ukur, 2005. “Makna Religi dari Alam Sekitar dalam Kebudayaan Dayak”, dalam Paulus Florus, dkk (ed.), Kebudayaan Dayak : Aktualisasi dan Transformasi, Pontianak : Institut Dayakologi.
Hans Kelsen, dalam Husen Alting, 2011. Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat atas Tanah, LaksBang, Yogyakarta.
Hendra Nurtjahjo dan Fokky Fuad, 2010. Legal Standing Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Berperkara di Mahkamah Konstitusi , Salemba Humanika, 2010, Jakarta.
Husein Alting, 2011. Dinamika Hukum dalam Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat atas Tanah (Masa Lalu, Kini dan Masa Mendatang), LaksBang, Yogyakarta.
John M. Echols & Hassan Shadily, 2005. Kamus Inggris-Indonesia : An English-Indonesian Dictionary, Gramedia, Jakarta.
Maria S.W. Sumardjono, 2008. Tanah : Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Kompas, Jakarta.
Moh. Nazir, 2005. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nico Andasputra(eds), 2001. Pelajaran dari Masyarakat Dayak, Institut Dayakologi, Pontianak.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2014. Penelitian Keberadaan Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah di Kalimantan, BPN-RI, Jakarta.
Published
2023-07-21